BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak
geografis yang yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di makkah
menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah disamping juga didorong oleh
faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam,[1]
dan bahkan bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan diantaranya Saba’, Ma’in
dan Qutban serta Himyar yang semuanya berasa di wilayah Yaman.[2]
Di sisi lain, kenyataan bahwa al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan diturunkan dalam konteks geografis Arab, mengimplikasikan
sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang komprehensif terhadap al-Qur’an hanya
mungkin dilakukan dengan sekaligus melacak pemaknaan dan pemahaman pribadi,
masyarakat dan lingkungan mereka yang menjadi audiens pertama al-Qur’an, yaitu
Muhammad dan masyarakat Arab saat itu dengan segala kultur dan tradisinya.[3] Dan
untuk memiliki pengertian yang sebenar-benarnya tentang asal mula Islam, maka
satu hal yang perlu diketahui adalah bagaimana keadaan Arab sebelum adanya
Islam, Muhammad, dan sejarah Islam terdahulu.
B.
Rumusan Masalah
Dalam penjelasan makalah berikut akan membahasa dan memecahkan
masalah-masalah yang kami rumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
geografi jazirah Arab sebelum Islam
2.
Bagaimana
Bangsa Arab dan Struktur masyarakatnya sebelum Masuknya Islam kesana
3.
Bagaimana
agama bangsa Arab sebelum Islam
4.
Bagaimana
Pemerintahan dan kebudayaan bagsa Arab Pra Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Geografis Jazirah Arab Pra-Islam
Jazirah arab menjelang kelahiran islam di apit oleh dua kerajaan
besar yaitu romawi timur di sebelah barat sampai ke laut adriatik dan Persia di
sebelah timur sampai ke sungai dijlah. Kedua kerajaan besar itu disebut
hegemoni di wilayah sekitar timur tengah. Sebenarnya jazirah arab bebas dari
pengaruh kedua kerajaan tersebut, kecuali daerah-daerah subur seperti: Yaman
dan daerah-daerah sekitar teluk Persia. Wilayah jazirah arab di teluk Persia
termaksud daerah kekuasaan kerajaan Persia. Dengan demikian daerah hijau bebas
dari pengaruh-pengaruh politik dan budaya dari luar. Islam yang dasar-dasarnya
diletakkan oleh nabi di Mekkah dan di Madinah adalah: agama yang murni, tidak
dipengaruhi baik oleh perkembangan agama-agama yang ada di sekitarnya maupun
kekuasaan politik yang meliputinya.[4]
Jazirah Arab berbentuk empat persegi panjang, yang sisinya tidak
sejajar. Disebelah barat terbatas dengan lautan merah, di sebelah selatan
dengan laut arab, di sebelah timur dengan teluk arab (Persia) dan di sebelah
utara dengan gurun pasir irak dan Syiria. Kemudian jazirah arab ini terbagi
kepada bagian tengah yang terdiri dari padang pasir dan gurun-gurun yang jarang
penduduknya dan bahagian tepi merupakan sebuah pita kecil yang melingkari
bagian tengah dan subur daerahnya dan banyak kota yang ada seperti: Bahrain,
Oman.Bahagian Tengah, terbagi kepada bagian utara di sebut dengan nejedan
bahagian selatan di sebut dengan al-ahkaf yang jarang penduduknya karena itu
disebut dengan al-Rub al-Khalli.
Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau.Jadi “Jazirah Arab” berarti
“pulau Arab”. Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu dengan “Shibhul
Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”. Dilihat dari peta, Jazirah
Arab berbentuk persegi panjang yang sisi-sisinya tidak sejajar.[5] Batasan-batasan
alam yang membatasi Jazirah Arab adalah :
·
Di
bagian barat:berbatasan dengan Laut Merah.
·
Di
bagian timur:berbatasan dengan Teluk Arab.
·
Di
bagian utara:berbatasan dengan Gurun Irak dan Gurun Syam.
·
Di
bagian selatan:berbatasan dengan Samudra Hindia.
Jazirah Arab terbagi atas dua bahagian yaitu bagian bagian tengah
dan bagian tepi. Setiap bagian memiliki bentangan alam tersendiri.Bagian tengah
terdiri dari daerah pegunungan yang amat jarang dituruni hujan.di bagian tengah
inilah orang Badui tinggal. Bagian tengah dari Jazirah Arab terbagi menjadi dua
bagian yang lebih kecil yaitu:bagian utara yang disebut Najed dan bagian selatan
yang disebut Al-Ahqaf.Bagian selatan penduduknya amat sedikit.Karenanya bagian
ini disebut Ar-Rab'ul Khali (tempat yang sunyi). Jazirah Arab bagian tepi
merupakan sebuah pita kecil yang melingkari Jazirah Arab.Pada bagian tepi
ini,hujan yang turun cukup teratur.Bagian tepi inilah yang didiami oleh orang
atau penduduk kota. Sedangkan ahli –ahli ilmu purba membagia Jazirah Arab
menjadi tiga bagian :
·
Arab
Petrix, yaitu daerah-daerah yang terletek di sebelah barat daya lembah Syam.
·
Arab
Deserta, yaitu daerah Syam sendiri.
·
Arab
Felix, yaitu negeri Yaman yang terkenal dengan sebutan “Bumi Hijau”.
B.
Asal usul masyarakat Arab
Adapun beberapa suku yang tinggal di jazirah arab,[6]
yaitu :
·
Arab
Ba’idah
yaitu: bangsa arab yang telah musnah yaitu, orang-orang arab yang
telah lenyap jejaknya. Jejak mereka tidak dapat diketahui kecuali hanya
terdapat dalam catatan kitab-kitab suci. Arab Bai‟idah ini termaksud suku
bangsa arab yang dulu pernah mendiami Mesopotamia akan tetapi, karena serangan
raja namrud dan kaum yang berkuasa di Babylonia, sampai Mesopotamia selatan
pada tahun 2000 SM suku bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai daerah,
di antara kabilah mereka yang termaksud adalah: „ad, Tsamud, Ghasan, Jad.
·
Arab
Aribah
yaitu : cikal bakal dari rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini.
Mereka berasal dari keturunan Qhattan yang menetap di tepian sungai Eufrat
kemudian pindah ke Yaman. Suku bangsa arab yang terkenal adalah: Kahlan dan
Himyar. Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan saba‟ yang berdiri abad ke-8 SM dan
kerajaan Himyar berdiri abad ke-2 SM.
·
Arab
Musta‟ribah
yaitu menjadi arab atau peranakan di sebut demikian karena waktu
jurhum dari suku bangsa Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama nabi
Ismail dan ibunya Siti Hajar. Nabi Ismail yang bukan keturunan Arab, mengawini
wanita suku Jurhum. Arab Musta‟ribah sering juga disebut Bani Ismail bin
Ibrahim ismail (Adnaniyyun).[7]
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk
ras atau rumpun bangsa Caucasoid, dalam Subras Mediteranian yang anggotanya
meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabiyah dan
Irania.Bangsa arab hidup berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya terdiri atas
gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari
satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput)
yang tumbuh secara sporadic di tanah arab di sekitar oasis atau genangan air
setelah turun hujan. Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah
arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan
Qathan) dan ‘Adaniyun (keturuan Ismail ibnu Ibrahim)
C.
Sistem Politik/Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam
Pada masyarakat arab pra Islam sudah banyak ditemukan tata cara
pengaturan dalam aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa
sistem-sistem yang ada di masyarakat, salah satunya adalah system politiknya. Pada
garis besarnya penduduk jazirah dapat di bagi berdasarkan territorial kepada
dua bagian yaitu:
Penduduk
kota (al-hadharah) yang tinggal di kota perniagaan jazirah Arabia, seperti
Mekkah, Madinah. Kota Mekkah merupakan kota penghubung perniagaan Utara dan
selatan, para pedagang dengan khalifah-khalifah yang berani membeli barang
dagangan dari India dan cina di yaman dan menjualnya ke Syiria di Utara.
Penduduk
pedalaman yang mengembara dari satu tempat ketempat lain. Cara mereka hidup
adalah nomaden, berpindah dari suatu daerah ke daerah lain, mereka tidak
mempunyai perkampungan yang tetap dan mata pencaharian yang tepat bagi mereka
adalah memelihara ternak, domba dan unta.[8]
Sebelum kelahiran islam, ada tiga kekuatan
politik besar yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan Arab; yaitu
kekaisaran Nasrani Byzantin, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster,
serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan.[9]
Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi kondisi politik
jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adi kuasa saat itu, yaitu
kekaisaran Byzantin dan Persia serta persaingan antara yahudi, beragam sekte
dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster.
Tradisi kehidupan gurun yang keras serta
perang antar suku yang acap kali terjadi ini nantinya banyak berkaitan dalam
penyebaran ide-ide Islami dalam al-Qur’an, seperti ”jihad”, ”sabar”,
”persaudaraan” (ukhuwwah), persamaan, dan yang berkaitan dengan semua itu.
Pada masa sebelum islam yamg diajarkan disebar
luaskan ke bangsa arab oleh Rasulullah SAW, orang arab sering kali terjali
peperangan antar suku diantaranya dikenak dengan perang fujjar karena terjadi
beberapa akali antar suku, yang pertama perang antara suku kinanah dan hawazan,
kemuadian quraisy dan hawazan serta kinanah dan hawazan lagi. Dan peperangan
ini nterjadi 15 tahun sebelum rasul diutus.[10]
Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Romawi
Timur dengan ibu kota Konstantinopel merupakan bekas Imperium Romawi dari masa
klasik. Pada permulaan abad ke-7, wilayah imperium ini telah meliputi Asia
kecil, Siria, Mesir dan sebagian daeah Itali serta sejumlah kecil wilayah di
pesisir Afrika Utara juga berada di bawah kekuasaannya.[11]
Saingan berat Bizantium dalam perebutan
kekuasaan di Timur Tengan adalah persia. Ketika itu, imperium ini berada di
bawah kekuasaan dinasti Sasanid (sasaniyah). Ibu kota persia adalah
al-Madana’in, terletak sekitar dua puluh mil di sebalah tenggara kota bagdad
yang sekarang. Wilayah kekuasaannya terbentang dari Irak dan Mesopotamia hingga
pedalaman timur Iran dewasa ini serta Afganistan.
Menjelang lahirnya Nabi Muhammad SAW,
penguasaan Abisinia di Yaman – Abraham, atau lebih populer di rujuk dalam
literatur Islam sebagai Abrahah – melakukan invasi ke Makkah, tetapi gagal
menaklukkan kota tersebut lantara epidemi cacar yang menimpa bala tentaranya,
Ekpedisi ini- merujuk Alquran dala msurat 105 pada prinsipnmya memiliki tujuan
yang seacar sepenuhnya bearda didlam kerangkapolitik internasional ketika itu.
yaitu upaya Bizantyum untuk menyatukan suku-suku Arab dibawah pengaruhnya guna
menantang Persia. sementara para sejarawan muslim menambahkan tujuan lain
untuknya. Menurut mereka ekpedisi tersebut- terjadi kira-kira pada 552-
dimaksudkan untuk menghancurkan Ka’bah dalam rangka menjadikan gereja megah di
San’a, yang dibangun Abrahah, sebagai pusat ziarah pusat keagamaan di Arabia.[12]
Dalam masyarakat arab terdapat organisasi clan
(kabilah) sebagai intinya dan anggota dari satu clan merupakan geneologi
(pertalian ndarah). Pemerintah dikalangan bangsa arab sebelum islam, menurut
para ahli sejarah dimulai oleh golongan arab bai‟idah. Pada periode pertama
dikenal ada kerajaan Aad di daerah ahkaf al romel yang terletak antara oman dan
Yaman, kaum aad juga pernah mendirikan kerajaan antara Makkah dan Yastrib.
Kemudian juga dikenal kerajaan dari kaum Tsamud mendiami daerah hijir dan wadi
al-Kurro, antara Hijaz dan Syiria. Kemudian di kenal juga kerajaan dari kaum
amaliqah di arab timur, oman Hijaz mereka juga ke Mesir dan Syiria. Pada
periode Kedua yaitu pada masa arab aribah atau bani qhathan yang terkenal
dengan kerajaan Madiniyah, kerajaan sabaiyah dan kerajaan himyariah.
Bagian dari daerah arab yang sama sekali tidak
pernah dijajajh oleh bangsa lain tang ke kota makkah adalah Hijaz. Kota
terpenting di daerah ini adalah Mekkah, kota suci tempat ka‟bah. Ka‟bah pada
masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut bangsa asli
Makkah. Tetapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim disekitarnya.
Untuk mengamankan para penziarah yang datang
ke kota Makkah diadakan pemerintahan yang pada mulanya berada ditangan dua suku
yang berkuasa yaitu suku jurhum dan ismail sebagai pemegang kekuasaan ka‟bah.
Kekuasaan politik kemudian berpindah kesuku khuza‟ah dan akhirnya ke suku
quraisy di bawah pimpinan qushai. Suku
qurraisy ini kemudian yang memegang dan mengatur politik dan juga urusan urusan
yang berkenaan dengan ka‟abah. Ada sepuluh (10) jabatan tinggi yang dibagikan
kepada kabilah dari suku quraisy yaitu :
·
Hijabah
(penjara kunci ka’bah)
·
Siqayah
(penjara air mata Zam zam)
·
Diyat
(Kekuasaan hakim sipil dan criminal)
·
Sifarah
(kuasa usaha Negara atau duta)
·
Liwa
(jabatan ketentaraan)
·
Rifadah
(pengurus pajak bagi fakir miskin)
·
Nadwah
(jabatan ketua dewan)
·
Khaimman
(pengurus balai musyawarah)
·
Khazinah
(jabatan administrasi keuangan)
·
Azlim
(penjaga panah peramal) untuk mengetahui pendapat para dewa-dewa.
D. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Arab sebelum Islam
Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama
yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab
telah dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan.[13]
Bangsa Arab sebelum islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai
tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim As dan
Ismail As. Qur’an menyebut agama itu dengan hanif, yaitu kepercayaan yang
mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan,
tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari
agama yang hanif disebut dengan Watsniyah, yaitu agama yang mempersyerikatkan
Allah dengan mengadakan penyembahan kepada :
o
Anshab, batu yang memiliki bentuk
o
Autsa, patung yang terbuat dari batu
o
Ashnam, patung yang terbuat dari kayu, emas,
perak, logam dan semua patung yang tidak terbuat dari batu.
Berhala atau patung yang pertama yang mereka
sembah adalah : hubal. Dan kemudian mereka membuat patung-patung seperti lata,
uzza, manata, dll. Tidak semua orang arab jahiliyah menyembah watsaniyah ada
beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan Masehi. Agama Yahudi dianut
oleh bangsa Yahudi yang termaksud rumpun bangsa samiah (semid). Asal usul
Yahudi berasal dari Yahuda salah seorang dari dua belas putra nabi Yakub.
Agama Yahudi sampai kejazirah arab oleh bangsa
Israel dari negeri Asyur. Mereka diusir oleh kerajaan Romawi yang beragama
Masehi dan bangsa Asyur ini berangsur-angsur mendiami Yastrib dan sekitarnya
dan mereka menyebarkan agama Yahudi tersebut.[14]
Agama Masehi yang berkembang adalah : Sekte Yaqubiah yang mengatakan bahwa
perbuatan dan iradat al – Masih adalah tabiat ketuhanan. Kaum Yaqubiah berkata
bahwa persatuan ketuhanan dengan kemanusiaan pada diri al-Masih ialah
sebagaimana air di masukan kedalam tuak, lalu menjadi jenis yang satu.
Agama-agama yang ada pada saat itu antara lain
:
·
Yahudi
Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang
berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura
dan Taima’ menjadi pusat penyebaran pemeluknya. Yaman juga
dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu
Nuwas Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani Al Haarits bin
Ka’ab dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini.
·
Nashara (Kristen).
Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah
dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Misalnya, gereja
Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di
selatan Jazirah Arab dan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di
‘And dan Najran. Adapun di kalangan suku Quraisy yang menganut agama
Nashrani adalah Bani Asad bin Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim,
Bani Taghlib dari kabilah Rabi’ah dan sebagian kabilah Qudha’ah.
·
Majusiyah
Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di
Bani Tamim. Diantaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al
Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki’ bin Hisan) termasuk yang menganut
ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain.
·
Syirik (Paganisme).
Kepercayaan dengan menyembah patung berhala,
bintang-bintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan sebagai sesembahan
selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga muncul di Jazirah Arab,
khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm,
Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri
Yarnan.[15]
·
Al Hunafa’
Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di
masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal
sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada dalam agama yang
hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya
kenabian.
Diantara beberapa agama/kepercayaan tersebut
yang paling terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya
mencapai lebih dari 360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka’bah.[16]
Dan setiap qabilah di Arab memiliki berhala sebagai sesembahan mereka
sendiri-sendiri. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah
:
1. Wadd.
Adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang
berasal dari nama seorang shalih dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin
Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin ‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al
Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb bin Murrah. Patung ini ada
sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid dengan perintah
Rasulullah.
2. Suwaa’
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang
ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada
bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah.[17]
3. Yaghuts
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang
ditemukan kembali dan diberikan kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan
ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani
An’am dari kabilah Thaiyi’.
4. Ya’uq
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang
ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di
Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan.
5. Nasr
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang
ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba’
disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar dan sekitarnya.
6. Manaah
Adalah salah satu patung berhala yang
ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah dan
Madinah. Patung inisangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al Khazraj. Rasulullah
mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah.
7. Laata
Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di
Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat
mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada yang
mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk
jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya disembah. Ketika bani Tsaqif
masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syu’bah untuk
menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis.
8. Al ‘Uzza
Al ‘Uzza adalah satu pohon yang disembah. la
lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu ‘Irqin.
Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini sangat diagungkan
Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah menaklukan Makkah, beliau mengutus Khalid
bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga pohon dan ketika
dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam
keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya. Di
belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya dan pecah,
ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh juru
kuncinya.
9. Hubal
Merupakan patung yang paling besar di Ka’bah.
Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat dari batu ‘aqiq merah dalam
rupa manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam. Isaaf dan Naailah (Dua patung
berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang
orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua
batu, seiring perjalanan waktu, keduanya disembah.
10. Dzul Khalashah
Ini adalah berhala milik kabilah Khats’am,
Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Begitulah
gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka
masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga
dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut adalah risalah samawiyah
yang yang dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab terutama risalah nabi
Ibrahim dan Ismail.[18]
E. Kebudayaan bangsa Arab Pra Islam
Wilayah Timur Tengah menurut Ali Mufrodi
meliputi Turki, Iran, Israel, Libanon, Yordania, Syiria, Mesir dan
kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan Teluk Persia.[19]
Turki yang berbudaya Turki dan Iran yang berbudaya Persia tidak dianggap
berkebudayaan Arab karena memiliki kebudayaan sendiri-sendiri demikian juga
Mesir yang sudah memiliki budaya Firaun, sedangkan yang masuk kawasan
kebudayaan Arab terdiri dari Timur Tengah Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair,
Tunisia dan Libia. yang menurut Haekal antara budaya dan peradaban tersebut
tidak pernah saling mempengaruhi perkembangannya kecuali setelah adanya
akulturasi dan asimilasi dengan peradaban Islam.[20]
Orang-orang arab sebelum islam telah mengalami
periode-periode kemajuan dengan adanya kerajaan-kerajaan sehingga hasil budaya
mereka didapati beberapa bekasnya yang dapat di bagi kepada :
·
Budaya materil yang sangat terkenal adalah:
bendungan Ma‟rib di Yaman dari kerajaan saba dan begitu juga bekas-bekas
kerajaan tsamud, aad dan kaum amalika.
·
Budaya non material, sangat banyak juga yang
terkenal, antaranya, syair-syair bangsa arab yang terkenal dengan cerita-cerita
tentang keturunan dan keahlian dalam membuat patung, keahlian mereka dalam
bersyair sebenarnya karena mereka dapat mengetahui bangsa yang halus dan
menarik dengan bahasa yang indah mereka dapat mewariskan amtsai (pepatah arab)
dan pepatah itu merupakan kata-kata orang bijak seperti luqman
Disamping budaya yang di dapat dari bangsa Arab sebelum Islam,
mereka terkenal terikat dengan Tahayul dan adat istiadat yang melembaga
diturunkan turun temurun. Tahayul dan adat istiadat ini bertumpu kepada
kepercayaan watsaniyah. Mereka percaya hantu dan Roh jahat. Mereka juga percaya
kepada kahin (tukang tenun, ramal). Mereka juga meyakini kejadian-kejadian alam
yang halus. Misalnya, kalau terjadi sesat di jalan, hendaklah dibalikkan baju
supaya dapat petunjuk.
Meskipun belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada
saat itu tidak mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal
kemahirannya dalam bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat
kaya sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di
bidang bahasa merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap
perkembangan dan penyebaran agama Islam.[21]
F.
Peradaban bangsa Arab Sebelum Islam
Peradaban arab adalah akibat pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di
sekitarnya yang lebih maju daripada kebudayaan dan peradaban arab. Pengaruh
tersebut masuk ke jazirah arab melalui beberapa jalur, yang terpenting di
antaranya adalah :
·
melalui
hubungan dagang dengan bangsa lain
·
melalui
kerajaan-kerajaan protektorat, hirah dan ghassan
·
masuknya
misi Yahudi dan Kristen
Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk ke jazirah arab,
bangsa arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya pada
banyak dewa yang di wujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah
mempunyai berhala sendiri, dan di pusatkan di Ka'bah.
Orang-orang arab adalah orang yang bangga, tetapi sensitive.
Kebanggaan itu disebabkan bahwa bangsa arab memiliki sastra yang terkenal,
kejayaan sejarah arab dan mahkota bumi pada masa klasik dan bahasa arab sebagai
bahasa ibu yang terbaik di antara bahasa-bahasa lain di dunia. Beberapa sifat
lain bangsa arab pra-islam adalah sebagai berikut :
·
Secara
fisik, mereka lebih sempurna dibanding orang-orang eropa dalam berbagai organ
tubuh.
·
kurang
bagus dalam pengorganisasian kekuatan dan lemah dalam penyatuan aksi
·
faktor
keturunan, kearifan dan keberanian lebih kuat dan berpengaruh
·
mempunyai
struktur kesukuan yang di atur oleh kepala suku atau clan
·
tidak
memiliki hukum yang regular, kekuatan pribadi dan pendapat suku lebih kuat dan
diperhatikan
·
posisi
wanita tidak lebih baik dari binatang, wanita dianggap barang dan hewan ternak
yang tidak memiliki hak. Setelah menikah suami sebagai raja dan penguasa.
Masyarakat arab pada masa pra Islam lebih banyak dalam proses
pendapatan ekonominya dari kehidupan alam maupun perdagangan. Perjalanan mereka
yang memperjualkan dagangan ke beberapa kota termasuk barang-barang patung
maupun kerajinan lainnya. Hal itulah yang menghidupi keluarga mereka terkadang
daerah arab utara yang bagian selatan untuk masalah perekonomian dititik
tekankan pada bercocok tanam. Hal ini karena kondisi geogerafis masyarakat arab
bagian selatan sangat mendukung sehingga mereka mendapatkan kebutuhan melalui
tanaman yang mereka olah.[22]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak
geografis yang yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di makkah
menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah disamping juga didorong oleh
faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam dan bahkan
bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan diantaranya Saba’, Ma’in dan Qutban
serta Himyar yang semuanya berasa di wilayah Yaman.
Pada masyarakat arab pra Islam sudah banyak ditemukan tata cara
pengaturan dalam aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa
sistem-sistem yang ada di masyarakat, salah satunya adalah system politiknya. Orang-orang arab sebelum islam telah mengalami
periode-periode kemajuan dengan adanya kerajaan-kerajaan sehingga hasil budaya
mereka didapati beberapa bekasnya yang dapat di bagi kepada :
·
Budaya materil yang sangat terkenal adalah:
bendungan Ma‟rib di Yaman dari kerajaan saba dan begitu juga bekas-bekas
kerajaan tsamud, aad dan kaum amalika.
·
Budaya non material, sangat banyak juga yang
terkenal, antaranya, syair-syair bangsa arab yang terkenal dengan cerita-cerita
tentang keturunan dan keahlian dalam membuat patung, keahlian mereka dalam
bersyair.
B. Kritik / Saran
Dari keterangan-keterangan di atas mungkin
masih jauh dari kata-kata sempurna masih banyak terdapat kesalahan-kesalah,
oleh sebab itu kami mengharafkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun,
untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya. Atas partisipasinya kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Habib Alwi bin Thahir al- Haddad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh,
terj. S. Dhiya Shahab, Jakarta: Lentera Sasritama, 1995.
2. Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy,
2004.
3. Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997.
4.
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup
Muhammad, Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1997.
5.
Ibn
Kathir, al-Bidaya wa al-Nihaya Cairo:
1932.
6.
Fadhil
Sj M.Ag, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang :
Sukses Offset, 2008.
7.
A. Syalabi,
Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Muchtar Yahya, Jakarta : Djaya
Murni, jilid 1,1970.
9.
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kondisi-masyarakat-arab-pada-masa-pra.html
[1] Jaih
Mubarok, Sejarah Peradaban Islam , Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Hal 13
[2]
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta
: Logos, 1997. Hal 6
[3] http://www.muslimhope.com/Indonesian/AsalMulaIslam_OriginsOfIslam_Indonesian.htm
[4] A.
Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Muchtar Yahya, Jakarta :
Djaya Murni, jilid 1,1970. Hal 22
[5] http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kondisi-masyarakat-arab-pada-masa-pra.html
[6] Dr.
Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997. Hal 5
-8
[7] Dr.
Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997. Hal 5
-8
[8]
Ibid, hal 11
[9] http://moenawar.multiply.com/journal/item/7
– _ftn1
[10] Muhammad
Ridha, Tarikh al-Insaniyah wa Abtaluha, terjmh, Beirut : Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 1987. Hal 300
[11] http://moenawar.multiply.com/journal/item/7
– _ftn2
[12] Dr.
Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997. Hal
12
[13] http://blog.vbaitullah.or.id/2006/07/09/753-keadaan-keagamaan-bangsa-arab-sebelum-terbitnya-islam-12/
[14]
Drs. Fadhil Sj M.Ag, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah,
Malang : Sukses Offset, 2008. Hal 62
[15] http://blog.vbaitullah.or.id/2006/07/09/753-keadaan-keagamaan-bangsa-arab-sebelum-terbitnya-islam-12/
[16] Dr.
Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997. Hal
8
[17]
Ibn Kathir, al-Bidaya wa al-Nihaya
Cairo: 1932. Hal 188
[18] Jaih
Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Hal 14
[19] Dr.
Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997. Hal
3-4
[20] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Dunia Pustaka Jaya,
1997. Hal 2
[21] http://www.mail
– archive.com/ppdi@yahoogroups.com
[22] Al-Habib
Alwi bin Thahir al- Haddad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, terj.
S. Dhiya Shahab, Jakarta: Lentera Sasritama, 1995. Hal 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar