BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat
adalah salah satu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas
(komprehensif). Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikir
manusia. Filsafat mencoba mengerti, menganalisis, menilai dan menyimpulkan
semua persoalan-persoalan dalam jangkauan rasio manusia secara kritis, rasional
dan mendalam (Usiono:2006:11-12).
Umumnya
filsafat selalu menanyakan tiga pertanyaan dasar. Yang Pertama : “Apakah
yang nyata itu?”. Cabang filsafat yang membicarakan ini secara formal disebut ontologi,
yaitu studi tentang apa yang ada dan apa yang tidak ada.
Kedua
: “Apakah yang benar itu?”. Problema ini mempunyai kaitan yang erat dengan
problema pertama. Dengan pertanyaan ini kita ingin mengetahui, bagaimana
yakinnya kita tentang pertanyaan kita tentang kenyataan ini. Dan masalah ini
digolongkan kepada apa yang dinamakan Epistemologi, yaitu studi tentang
pengetahuan atau bagaimana kita mengetahui (adanya) benda-benda.
Ketiga
: “Apakah yang baik/bagus itu?”. Dalam pembicaraan formal, biasanya masalah ini
dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertanyaan tentang ethika (Apakah kelakuan
yang baik itu?), Dan juga pertanyaan tentang esthetika (Apakah yang indah/bagus
itu? Kedua pertanyaan ini pembicaraan kita tidak banyak menyangkut realitas
atau kebenaran akan tetapi menyangkut nilai. Hal-hal yang disebutkan ini banyak
dikenal dengan ungkapan Aksiologi, yaitu studi tentang nilai (Prasetya:1997:86-87).
B. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini ialah agar kita memahami apa sebenarnya filsafat
itu dan apa saja yang dibahas dalam lapangan filsafat. Dan semoga setelah apa
yang kita dapat atau kita ketahui dari pembelajaran ini dapat membantu kita dan
menjadikan kita seorang gpendidik yang dapat berfikir dan bertindak dengan
benar yang dapat menyelesaikan masalah-masalah (persoalan) yang ada dalam
proses belajar mengajar ataupun kehidupan sehari-hari dan dapat memahami ketiga
masalah utama dalam filsafat ini.
C. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang
akan penulis bahas dalam makalah ini ialah:
A. Apakah
yang dimaksud dengan Ontologi?
B. Apakah
yang dimaksud dengan Epistemologi?
C. Apakah
yang dimaksud dengan Aksiologi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. ONTOLOGI
Ontologi
merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan
dibidang ontologi. Yang tertua diantara segenap filsafat Yunani yang kita kenal
adalah Thales. Atas perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.
Dalam
persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya
dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan
kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembicaraan
tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin
ada. Hakikat adalah realitas; realita adalah ke-real-an, Riil artinya
kenyataan yang sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang
menipu, juga bukan kenyataan yang berubah
(Amsal Bakhtiar:2011:131).
Kata
ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan logos = logic.
Jadi ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang
keneradaan sebagai keberadaan). Louis O. Kattsoff dalam Elements of
Filosophy mengatakan, Ontologi itu mencari ultimate reality dan
menceritakan bahwa diantara contoh pemikaran ontologi adalah pemikiran Thales,
yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate subtance yang
mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu saja yaitu air (Amsal Bakhtiar :2011:132).
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos
dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti
ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat
keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan
hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu
hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono:2007;44).
Term
ontologi pertamakali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M.
Untuk menemui teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolff (1676-1754 M) membagi metafisika menjadi dua,
yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan
sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum atau
ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar
atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih
dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi (Amsal Bakhtiar:2011:134:135).
Obyek telaah ontologi adalah yang ada. Studi
tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh
filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita membahas
yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang
tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi berupaya mencari inti
yang termuat dalam setiap kenyataan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa obyek formal dari ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Hal
senada juga dilontarkan oleh Jujun Suriasumantri, bahwa ontologi membahas apa
yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai
teori tentang ada (Jujun S. Suriasumantri:1999:34;35).
Kosmologi
adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang alam semesta.
Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang jiwa
manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan.
Didalam
pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan-pandangan pokok pemikiran
sebagai berikut :
1.
Monoisme
Paham
ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu
saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Paham ini kemudian terbagi
dalam kedua aliran :
a.
Materialisme
Aliran
ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran
ini sering juga disebut dengan naturalisme.
Kalau
dikatakan bahwa materialisme sering disebut naturalisme, sebenarnya ada sedikit
perbedaan diantara dua paham itu. Namun begitu, materialisme dianggap suatu
penampakan diri dari naturalisme. Naturalisme berpendapat bahwa alam saja yang
ada, yang lainnya di luar alam tidak ada.
b.
Idealisme
Sebagai
lawan materialisme adalah aliran idealisme berarti serba cita, sedang
spiritualisme berarti serba ruh.
Idealisme
diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari
ruh atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati
ruang.
2.
Dualisme
Setelah
kita memahami bahwa hakikat itu satu (monoisme) baik materi ataupun ruhani, ada
juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut
dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh,
jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari
benda.
Tokoh
paham ini adalah Descrates (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat
modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani)
dan dunia ruang (kebendaan).
3.
Pluralisme
Paham
ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme
bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya
nyata. Pluralisme dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam
ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua.
4.
Nihilisme
Nihilisme
berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah
doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
5.
Agnostisisme
Paham
ini mengingkari kesanggupan manusi untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat
materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnoticisme berasal dari bahasa Grik
Agnostos yang berarti unknown. A artinya not, Gno
artinya know.
Timbulnya
aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan
secara konkret akan adanya suatu kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita
kenal.
B. EPISTEMOLOGI
Istilah
epistemologi berasal dari bahsa Yunani Kuno, dengan asal kata “episteme”
yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berarti teori, secara
etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi merupakan
cabang filsafat yang membahas tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan
pengetahuan.
Menurut
Lengeveld (1961). Epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur
dan susunan berbagai jenis pengetahuannya pangkal tumpuannya yang fundamental,
metode-metode dan batasannya (Usiono:2006:56).
a.
Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut
memperkaya kehidupan kita. Sukar dibayangkan bagaimana kehidupan manusia
seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber
jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan (Jujun S. Suriasumantri:1999:104).
Apakah
sebenarnya yang dinamakan pengetahuan itu? .terhadap tentang hakikat
pengetahuan ini dua aliran, yaitu realisme dan idealisme, menjawab saling
bertentangan. Menurut realisme (serba nyata), pengetahuan adalah salinan
objektif (menurut kenyataan) dari apa yang ada dalam alam yang sesungguhnya
(fakta atau hakikat). Sedangkan menurut idealisme (serba cita), pengetahuan
adalah gambaran subjektif (menurut tanggapan) tentang apa yang ada dalam alam
yang sesungguhnya.
Jadi
menurut realisme, pengetahuan itu tidak lain adalah potret yang persis sama
dengan keadaan yang sebenarnya. Berbeda halnya dengan pendapat tersebut,
idealisme berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah rekaan akal yang jelas
mustahil sama dengan hal yang sebenarnya. Apabila ditelaah lebih jauh, pendapat
realisme ada benarnya jika diperhatikan dari arti definitif tahu sebagai
mencamkan objek, jadi menangkap sasaran sebagaimana adanya. Akan tetapi,
idealisme pun tidak salah kalau orang memahami arti tahu sebagai kegiatan akal,
jadi cenderung bergeser dari semestinya
(Prasetya:1997:111).
b.
Unsur Pengetahuan
Pada
definisi tahu menurut Langeveld, tersirat unsur pengetahuan, yaitu pengamatan
(mencamkan), sasaran (objek), dan kesaddaran (jiwa). Ketiga kesatuan ini
merupakan kesatuan yang saling mengikat.
c.
Macam Pengetauhan
Dilihat
dari segi lingkup sasarannya, ada dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan umum
dan pengetahuan khusus. Pengetahuan umum masuk kedalam dunia idea, tertangkap
dalam pikiran, berada dalam alam abstrak, dan ketentuannya berlaku universal.
Sedangkan pengetahuan khusus masuk kedunia dalam empiris, tertangkap dalam
pengalaman, berada dalam alam konkrit, dan ketentuannya berlaku partikular.
d.
Tumpuan Pengetahuan
Secara
garis besar ada dua sumber pengetahuan, yaitu pengalaman (empirie) dan
pemikiran (ratio). Yang pertama dikemukakan oleh empirisme dan
yang kedua oleh rasionalisme.
Emperisme
berpendapat bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan. Segala pengetahuan
berutmpu pada pengalaman. Tidak ada pengetahuan tanpa pengalaman lebih dahulu.
Dengan demikian pengetahuan menurut alira ini bersifat a pasteriori.
Rasionalisme
berpendapat bahwa segala pengetahuan berasal dari sumber yang tidak terdapat
pada pengalaman. Ditegaskan oleh DR.M.J.Langeveld bahwa sumber itu adalah
pikiran. Pengetahuan terjadi karena akal mengolah bahan pengalaman (lahir
batin) maupun bahan murni akal.
e.
Batas Pengetahuan
Ada
dua teori yang mengutarakan persoalan wilayah pengetahuan, yaitu skeptisisme
dan objektivisme.
Skeptisisme
berpandangan bahwa wilayah pengetahuan
hanyalah apa yang sekarang (pada saat ini) ada dalam jiwa saat rekaan, yang
terdapat pada jiwa dalam kesadaran sesaat. Pada saat berikutnya, halitu tidak
lagi menjadi batas pengetahuan karena telah berlalu.
Sedangkan
objektivisme berpendapat bahwa wilayah pengetahuan adalah keseluruhan
kebenaran objektif yang terlepas dari subjek, dalam arti kebenaran itu tidak
perlu terlaksana dalam kesadaran. Dengan kata lain, luas pengetahuan adalah
seluruh perbendaharaan pengetahuan yang ada dalam jiwa, dengan ketentuan tidak
semuanya harus disadari.
f.
Sasaran Pengetahuan
Masalah
terakhir yang dibahas oleh epistemologi adalah sasaran pengetahuan. Ada
dasarnya sasaran pengetahuan adalah hal yang terpisah dari pengetahuan itu
sendiri, mengingat ia berada diluar pihak yang berpengetahuan, yaitu manusia,
meskipun suati ketika pemikiran (manusia) itu sendiri. Perlu dipahami bahwa
sebagai sasaran pengetahuan, seluruh sarwa sekalian bukan tujuan pengetahuan
ilmiah ataupun filsafat. Sasaran (objek) berbeda dari tujuan (aim). Sasaran
adalah dimana posisi dimana tujuan bisa dicapai; sedangkan tujuan adalah
kondisi (keadaan) yang dikehendaki perwujudannya. Jadi mustahil tujuan tercapai
tanpa adanya sasaran.
C. AKSIOLOGI
Aksiologi
adalah studi tentang nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan
oleh setiap insan. Nilai yang dimaksud adalah :
a. Nilai
jasmani : nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai
guna.
b. Nilai
rohani : nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai
etika, dan nilai religi.
Untuk
lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, penulis akan menguraikan
bebrapa definisi tentang aksiologi, diantaranya :
1.
Aksiologi berasal dari perkataan axios
(Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah
“teori tentang nilai” (Burhanuddin Salam:1997:168).
2.
Sedangkan arti aksiologi yang terdapat dalam bukunya Jujun S.
Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan
sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh (Jujun S. Suriasumantri:1999:234).
3.
Menurut Bramel, aksiologi yang terdapat dalam
tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini
melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu
ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political
life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat
sosio-politik (Amsal
Bakhtiar:2011:163-164).
Dari
definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa
permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimilki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai yang didalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika.
Etika
menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahw abjek formal
etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika
mempelajari tingkah laku manusia ditinjaudari segi baik dan tidak baik dalam
suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan
nilai tentang pengalaman keindahan yang dimilki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Nilai
itu subjektif ataukah objektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan
yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat
berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau
eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang
melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun
fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas
dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang. Misalnya, seorang melihat matahari yang sedang
terbenam di sore hari. Akibat yang dimunculkannya adalah menimbulkan rasa
senang karena melihat betapa indahnya matahari terbenam itu. Ini merupakannilai
yang subjektif dari seseorang dengan orang lain akan memiliki kualitas yang
berbeda (Amsal Bakhtiar:2011:165).
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
·
Ontologi
Ontologi adalah teori
tentang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara ontologis, adalah
mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas dengan refleksif rasional
serta analisis dan sintesis logika.
·
Epistemologi
Persoalan pokok yang
dipertanyakan adalah tentang bagaimana sesuatu yang benar itu datang dan
bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana pula kita membedakan yang benar dan
yang salah.
Bagaimana adalah
pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan, jadi berkenaan dengan situasi dan
kondisi, dimensi ruang, dan waktu itu.
·
Aksiologi
Aksiologi adalah
penerapan ilmu. Penerapan ilmu pengetahuan dapat diketahui pertama-tama dari
klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan ilmu itu sendiri, dan yang
terakhir perkembangannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar,
Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Katsoff,
Louis. Element of Philosophy, New York: The Roland Press Company,1953.
Prasetya.
Filsafat Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Salam, Burhanuddin. Logika
Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Renekan Cipta, 1997.
Suriasumantri, Jujun S.
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1999
Usiono. Aliran-aliran
Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2006.
Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan 2007. Yogyakarta:
Kelompok Penerbit Ar
Ruzz Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar