Minggu, 05 Februari 2012

makalah filsafat pendidikan tentang Model-model Filsafat


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
            Masalah pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu, berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
            Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.
            Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya .
            Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhan yang menyangkut praktyek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersipat mendasar dan mendalam, sehingga sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
            Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya. Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian kecil saja.
            Kita memahami bahwa filsafat merupakan satu paham ilmu yangmencakup terhadap segala pengertian, kebutuhan dan keperluan dalammenentukan arah perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Arti dari pada filsafat secara umum adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya (M. Yatimin:2006:35).
B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
Ø  Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia..?
Ø  Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat..?
Ø  Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk Pembinaan masyarakat..?
Ø  Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pedidikan itu,dan sampai dimana tanggung jawab tersebut.bagaimana hubungan tanggung jawab antar keluarga, masyarakat, dan sekolah terhedap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa...?
Ø  Apakah hakikat pribdi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik akal, perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skil ataukah intelektualnya...?


BAB II
PEMBAHASAN

A.     ANALISIS FILSAFAT DALAM MASALAH PENDIDIKAN

            Antara filsafat dan pendidikan terdapat suatu pertalian yang tak terpisahkan. Peranan filsafat pendidikan adalah sebagai pendorong dilakukannya aktivitas pendidikan. Filsafat berperanan menetapkan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, sedang pendidikan bertugas merealisasikan ide-ide dalam ajaran filsafat tersebut menjadi kenyataan dalam bentuk tingkah laku dan kepribadian.  Dengan demikian , filsafat pendidikan dijadikan dasar orientasi kegiatan sistem pendidikan, dijadikan arah dan tujuan kegiatan pendidikan yang dijalankan. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan (Usiono:2006:97-98).
            Masalah pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Pengertian yang luas dari pendidikan adalah seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
            Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol. Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia.
            Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya. 
            Untuk lebih tegas terhadap penjelasan kita terhadap kepentingan penentuan suatu falsafah pendidikan, maka dibawah ini akan kami tuliskan  beberapa kegunaan yang diperoleh dari penentuan falsafah ini. Di antara manfaat itu seperti berikut :
1.      Falsafah pendidikan sebagai perancang pendidikan
     Falsafah pendidikan sebagai perancang pendidikan dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Di samping itu dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan dan keputusan termasuk rancangan –rancangan pendidikan mereka, begitu juga untuk memperbaiki peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaedah dan cara mereka mengajar yang mencakup peniaian, bimbingan, dan penyuluhan.
2.      Falsafat Pendidikan sebagai Azas
     Dari segi lain falsafah pendidikan dapat membentuk azas yang dapat ditentukan pandangan pengkajian yang umum dan yang khas. Kurikulum yang di buat kaidah-kaidah pengajaran di pilih antara yang di gunakan disekolah-sekolah, sekolah guru, universitas dan institut-institut. Begitu juga dengan kebijaksanaan cara-cara pelaksanaan yang ingin diikuti dalam mengajarkan di sekolah-sekolah, sekolah guru dan universitas dalam usaha untuk menyelesaikan masalah-masalah pendidikan, dan membentuk rancangan-rancangan pendidikan dengan segala jenis dan tingkatan. Maka perancang pendidikan dan pengemabangan pendidikan tidak dapat melaksanakan apa yang diharapkan dari proses merancang, membimbing,menyelaras, meninjau, mengubah, dan mengembangkan kurikulum,kaidah-kaidah, cara-cara dan alat pengajaran yang bermacam-macamdengan mendalam.
3.      Falsafah pendidikan sebagai penilai pendidikan
     Falsafah pendidikan sebagai Azaz dapat menjadi azas terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap yang perlu dan penting bagi setiap pengajaran yang baik. dalam pengertian yang baru, penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi pendidikan secar umum, untuk mendididk angkatan baru dan warga negara dan segala yang berkaitan. Jadi konsep penilaian tidak hanya penilaian bagi murid-murid atau pelajar saja. Sudah tentu penialaian disertai ukuran-ukuran dan norma yang menjadi dasarnya dan ukuran-ukuran yang wajar bagi proses penilaian sekolah dan pendidikan (Omar Muhammad:1979:32-35).

B.     Pendekatan Filsafat
            Dijelaskan pula oleh pendapat branameld bahwa latar belakang ide-idefilsafat menentukan pendidikan, karena tujuan pendidikan bersumber dari filsafat sehingga pendidikan merupakan suatu proses pembinaan kepribadian anak didik atas nilai–nilai filsafat. Jadi jika tiap-tiap pendidikan telah memahami azas-azas dan nilai filosofi serta menggunakannya dalam pendidikan, maka filsafat pendidikan menjadi norma pendidikan atau sebagai azas normatif di dalam pendidikan. Dan selanjutnya bagaimana peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para pendidik sebagaimana yang di kemukakan Brubacher secara singkat tapi rinci tersimpul dalam :
»        Pendekatan spekulatif
Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti, memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini adalah teknik pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Masalah- masala kependidikan memang berhubungan dengan hal–hal yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu, kepribadian,kurikulum, kedewasaan dan sebagainya. Untuk melaksanakan fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan berusaha :
·        Menarik kesimpulan atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan kedalam suatu gambaran pokok atau Aksioma melalaui proses abstrak dan generalisasi.
·        Memahami persoalan pendidikan secara keseluruhan dan dalamhubungannya dengan faktor-faktor lain yang memepengaruhidunia pendidikan.

»        Pendekatan normatif
                        Artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia. Norma- norma tersebut juga merupakan masalah-masalah kependidikan, di samping dalam usaha dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai dari kehidupan manusia, juga tidak lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan normatif, dimaksudkan adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai noma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan diarahkan. Dalam fungsi ini filsafat pendidikan diharapkan memiliki tanggung jawab terhadap formulasi tujuan, norma, atau standart untuk mengarahkan proses pendidikan.

»        Pendekatan kritik
            Dengan fungsi ini filsafat pendidikan melakuikan penelitian secara cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan  praktek-praktek  pendidikan dalam hal :
·        Menguji dasar-dasar pemikiran logis dimana kesimpulan-kesimpulan pendidikan berada didalamnya
·        Menguji dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar- benar dan jelas
·        Memerlukan bukti-bukti yang bermacam-macam yang dapat diterima untuk menguatkan atau menyangkal ungkapan-ungkapan pendidikan.

»        Pendekatan teori bagi praktek
            Apa yang terdapat dalam filsafat pendidikan berupa konsep ide analisa,dan kesimpulan-kesimpulan adalah berfungsi sebagai teori, dan teoriini bagi para pendidik adalah merupakan dasar bagi suatu praktek dan pelaksanaan pendidikan. Dan filsafat memberikan prisnsip-prinsip umum bagi suatu praktek sehingga nampak disini bahwa filsafat dan ilmu pendidikan dipandang sebagai bidang-bidang Ilmu yang saling melengkapi dan keduanya selali di perlukan oleh para pelaksana pendidikan (Djumbransyah Endar:48-50).

»        Pendekatan Integratif
            Mengingat fungsi falsafah pendidikan sebagai asas kerohanian atau rohnya pendidikan. Maka fungsi integratif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemandu fungsional semua nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan (Usiono:2006:99).



»        Pendekatan Analisis Konsep
            Artinya pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep seorang pedagang tentang kerbau misalnya, berada dengan konsep seorang seniman tentang kerbau yang sama,berbeda pula dengan konsep seorang petani, peternak,seoramg guru,seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa konsep sebagai Pendekatan dalam pilsafat pendidikan, dimaksudkan adalah usaha memahami konsep dari para ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat, sekolah, tentang berbagai hubungan (interaksi) yang bersipat pendidikan, serta nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan proses pendidikan, dan segalanya .

»        Pendekatan Analisa ilmiah
            Fungsi Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current life) Pendekatan ini sasaranya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual, yang menjadi problema masa ini. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan dan kemudian dipahami permasalahan – permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

            Selanjutnya harry schofield,sebagaimana dikemukakan oleh imam barnadib dalam bukunya filsafat pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsapat terhadap maslah-masalah pendidikan digunakan 2 macam Pendekatan, yaitu :
Ø  Pendekatan filsafat histories
Ø  Pendekatan dengan menggunakan fisafat kritis.
            Dengan Pendekatan filsafat histories (historiko filosofis), yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan- pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dan para ahlip filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarahnya filsafat telah berkembang dalam sistematika., jenis dan aliran –aliran filsafat yang tertentu. Oleh karna itu, kalau diajukan pertanyaan tentang berbagai masalah filosofis dalam bidang pendidikan, jawabanya melakat pada masing-masing system, jenis dan aliran filsapat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian dipilih jawaban mana yang sesuai dan dibutuhkan

            Dengan memahami filsafat orang akan dapat mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari secara konsisten. Filsafat mengkaji dan memikirkan tentang segala sesuatu secara menyeluruh sistematis terpadu, universal dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah bagi perkembangan bagi ilmu-ilmu yang bersangkutan.
           
C.     Peranan Filsafat ditinjau dari lapangan Filsafat
            Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu, Ontology, Epistemologi, dan aksiologi (Usiono:2006:99).

1.      Ontologi dan pendidikan
            Ontology terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono:2007:44). Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata. Obyek telaah ontologi adalah yang ada (Jujun S. Suriasumantri:2003:34-35). Dasar pendidikan Pertama-tama pada latar belakang filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman panca indra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik . Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan.

Ø  Teologi
            Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang tuhan, bagaimana hubungannya dengan manusia, dan dengan alam semesta.

Ø  Kosmologi
            Kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem alam semesta. Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang sifatnya material. Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tidak mungkin pengamatan dan penghayatan indera mampu mencakupnya. Oleh karena itu, kosmologi menghayati realitas kosmos secara intelektual.
Ø  Manusia
            Seperti yang telah diuraikan, bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas, termasuk hakikat manusia dan hakikat anak. Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi. Ada beberapa bentuk, ataupun ciri khas manusia,yaitu :
·        Manusia sebagai makhluk individu
Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak ada manusia yang sama ataupun serupa yang dicptakan Tuhan di jagat Raya ini, walaupun pada anak manusia kembar sekalipun. Secara pisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan, namun secara psikologis rohaniah akan banyak menunjukkan perbedaan.
·        Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia lahir ke dunia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, ia lahir dalam keadaan tidak berdaya. Namun, bersamaan dengan itu, ia lahir memiliki potensi kemanusiaan beruppa kekuatan pendengaran, kekuatan pengelihatan, dan budi pekerti. Potensi kemanusiaan tersebut merupakan modal dasar bagi manusia untuk berkembang menjadi dirinya sendiri.
·        Manusia sebagai makhluk susila
Manusia yang lahir dilengkapi dengan kata hati atau hati nurani, yang memungkinkan ia memiliki potensi untuk membedakan perbuatan baik dan buruk, sehingga ia dapat memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan itu. Manusia sebagai makhluk susila mampu memikirkan dan menciptakan normma-norma.
·        Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan
Manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi dan mampu mengadakan komunikasi dengan Tuhan sebagai maha pencipta alam semesta (Usiono:2006:101-106).



2.      Epistemology dan Pendidikan
            Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani kuno, dengan asal kata “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berarti teori’. Secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan ruang linkup pengetahuan, tentang asal, struktur, metode serta keabsahan pengetahuan (Usiono:2006:58). Epistomologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, dari mana sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya. Dengan menyederhanakan batasan tersebut, Brameld mendefinisikan epistomologi memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya” (Mohammad Noor Syam:32).
            Dasar epistemologis sangat diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalaipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula. Melalui Pendekaatan fenomenologis yang bersifat kualitaatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hanya pemahaman dan pengertian melainkan unuk mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka validitas internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian etnografis dan penelitian ex post facto.
            Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahawa dalam menjelaskaan objek formalnya, telaah ilmu pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebagai ilmu otonom yang mempunyi objek formal sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hanya menggunkaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental.

3.      Aksiology dan Pendidikan
            Secara etimologis, istilah eksiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan “logos” yang berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari nilai. Aksiologi mempelajari tentang hakikat nilai. Dalam hal ini aksiologi berkaitan dengan kebaikan dan keindahan tentang nilai dan penilaian. Hal ini merupakan bidang kajian tentang dari mana sumber nilai, akar dan norma serta nilai subsransif dan standar nilai. Etika berkaitan dengan kualitas, moralitas pribadi dan perilaku sosial. Demikian pula etika merupakan penentuan perilaku yang baik, masyarakat yang baik dan kehidupan yang baik.
            Dasar aksiologis membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Dangan mempelajari atom kita dapat memanfaatkan untuk sumber energi bagi keselamatan manusa, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia. Penciptaan bom atom akan meningkatkan kualitas persenjataan dalam perang, sehingga jika senjata itu dipergunakan akan mengancam keselamatan umat manusia (Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM:200091).
            Aksiologi pendidikan  dapat memberi manfaatan bagi pendidikan, tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Kegunaan ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan. Tiap ilmu terutama dalam implementasinya selalu terkait dengan aksiologinya. Dalam hal ini akan dijelaskan seberapa jauh ilmu mempunyai peranan dalam membatu mencapai kehidupan manusia yang sejahtera di dunia ini atau apakah manfaat ilmu bagi kehidupan manusia di dunia ini.

















BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
            Dari uraian diatas sedikit kita pahami bahwa urgensi dan fungsi filsafat pendidikan sebagai berikut:
Ø  Falsafah pendidikan itu dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk  pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.
Ø   Falsafah pendidikan dapat membentuk azas yang dapat ditentukan pandangan pengkajian yang umum dan yang khas.
Ø  Falsafah pendididkan dengan pandangan pendidikan dianggap menjadi azas terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh.Jika tiap-tiap pendidikan telah memahami azas-azas dan nilai filosofi sertamenggunakannya dalam pendidikan, maka filsafat pendidikan menjadi norma pendidikan atau sebagai azas normatif di dalam pendidikan.
            Dan selanjutnya bagaiman peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para pendidik sebagai yang dikeumukan oleh secara singkat tapi rinci Brubacher tersimpul dalam :
Ø  Fungsi spekulatif :
     Untuk melaksankan fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan berusaha Menarik kesimpulan atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan kedalam duatu gambaran pokok atau melalaui proses abstrak dan generalisasi Memahami persoalan pendidikan secara keseluruhan dandalam hubungannya dengan faktor-faktor lain yangmemepengaruhi dunia pendidikan
Ø  Fungsi normatif
     Dalam fungsi ini filsafat pendidikan adalah diharapkan memilikitanggung jawab terhadap formulasi tujuan, norma, atau standart untuk mengarahkan proses pendidikan.
Ø  Fungsi kritik Dengan fungsi ini filsafat pendidikan melakuikan penelitian secar cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan praktek-praktek  pendidikan.
Akan tetapi sebelum mengkaji peranan filsafat pendidikan terlebih dahulu ditinjau tiga lapangan filsafat, yaitu ontology, epistemologi, dan aksiologi.



B.     Saran
             Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.





























DAFTAR PUSTAKA

1.      Drs M. Yatimin A, M.A,Studi Islam Kontemporer , Jakarta, Amzah, 2006.
2.      Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama, Jakarta.
3.      Prof. Dr Omar Muhammad Al- Toumy Al- Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta, BulanBintang, 1979
4.      Drs Djumbransyah Endar, M. Ed, Filsafat Pendidikan, Surabaya, Karya Abdi Tama.
5.      Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar- Ruzz Media.
6.      Jujun S. Suriasumantri.2003.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
7.      Mohammad Noor Syam. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan. Pancasila Usaha Nasional Surabaya.
8.      Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM.Filsafat Ilmu 2000.  Penerbit Liberty Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar