Minggu, 05 Februari 2012

makalah Sejarah Peradaban Islam tentang Kehidupan Rasulullah Sebelum Kerasulan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Bangsa Arab di zaman dahulu memiliki kebiasaan menjadikan kejadian besar yang ada sebagai patokan penanggalan. Peristiwa penyerangan pasukan Gajah pimpinan Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah di kota Mekah, dianggap sebagai sebuah peristiwa besar yang layak dijadikan patokan penanggalan. Di tahun pertama penanggalan Gajah ini, di kota Mekah dan di tengah keluarga Abdul Mutthalib, lahir seorang bayi yang kelak akan mengubah perjalanan sejalah manusia. Dialah Muhammad putra Abdullah bin Abdul Mutthalib.
Kelahiran bayi ini disambut dengan suka cita oleh keluarga bani Hasyim. Di negeri Persia, kelahiran Muhammad bin Abdillah memadamkan api keramat yang selama seribu tahun tidak padam. Kelahiran Muhammad juga menggoyahkan sendi-sendi istana kaisar Rumawi. Muhammad lahir dengan membawa janji risalah terakhir dari Allah untuk umat manusia. Agama Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan merupakan agama yang terakhir dan satu-satunya diakui oleh Allah swt.
Agama islam ini sebagai pengganti agama-agama pendahulunya seperti Agama Nasrani yang dibawa olah Nabi Isa as. Agama terakhir ini pun sebagai agama penyempurna dari agama-agama pendahulunya. Agama islam diturunkan di Makkah karena pada saat itu Makkah merupakan  tempat kaum Jahiliyah yang hidup dalam kesesatan. Untuk menghilangkan kesesatan tersebut Islam datang dengan ajaran-ajaran Ilahiyah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Ajaran islam tidak hanya tentang ketuhanan saja namun sampai kepada ajaran tentang persamaan hak manusia. Tetapi ajaran Islam tersebut menuai penolakan yang silih berganti dari kaum kafir Quraisy sebagai penduduk mayoritas Makkah saat itu.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Riwayat Nabi Muhammad
Muhammad bin Abdullāh adalah  pembawa ajaran Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir. Menurut sirah (biografi) yang tercatat tentang Muhammad, ia disebutkan lahir sekitar 20 April 570/ 571, di Mekkah (Makkah) dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah pada usia 63 tahun. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini). Beliau haram digambarkan dalam bentuk patung ataupun gambar ilustrasi.
Michael H. Hart dalam bukunya The 100 menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen kesukuan, menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran dan bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia di dalam pertempuran.[1]
"Muhammad" secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat Al-Qur'an[2], Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku terbesar di mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya. Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[3] Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh. Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.[4]
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, sesuai dengan arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, meyakini bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal (2 Agustus 570 M).

B.     Fisik dan ciri-ciri Nabi Muhammad
Sosok Muhammad digambarkan oleh salah satu istinya Aisyah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik adalah rambut ikal berwarna sedikit kemerahan terurai hingga bahu.[5] Kulit putih kemerah-merahan, wajah cenderung bulat dengan mata hitam dan bulu mata panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak tangannya. Tulang kepala besar dan bahu lebar. Berperawakan sedang dan atletis. Jemari tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.
Langkahnya cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak kaki dan dengan langkah yang cepat dan pasti. Muhammad dicirikan sangat unik oleh para sahabatnya. Muhammad digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban. Dalam hadits lain diterangkan mengenai corak fisik Muhammad, yaitu ia bertubuh sedang, kulitnya berwarna cerah tidak terlalu putih dan tidak pula hitam. Rambutnya berombak. Ketika Muhammad wafat uban yang tumbuh di rambut dan janggutnya masih sedikit.
Ali menambahkan bahwa Muhammad memiliki rambut lurus sedikit berombak. Tidak gemuk dan tidak terlalu besar, berperawak baik dan tegak. Warna kulit cerah, matanya hitam dengan bulu mata yang panjang. Persendian tulang yang kuat dada, tangan dan kakinya kekar. Tidak memiliki bulu yang tebal tetapi hanya tipis dari dada sampai pusarnya. Jika berbicara dengan seseorang, maka ia akan menghadapkan wajahnya keorang tersebut dengan penuh perhatian. Di antara bahunya ada tanda kenabian. Muhammad orang yang baik hatinya dan paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa saja yang mendekati dan bergaul dengannya maka akan langsung merasa terhormat, khidmat, menghargai dan mencintainya.
Hidungnya agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak menonjol jika pertama kali melihatnya padahal sebenarnya tidak. Berjanggut tipis tapi penuh rata sampai pipi. Mulutnya sedang, giginya putih cemerlang dan agak renggang. Pundaknya bagus dan kokoh, seperti dicor perak. Anggota tubuh lainnya normal dan proporsional. Dada dan pinggangnya seimbang dengan ukurannya. Tulang belikatnya cukup lebar, bagian-bagian tubuhnya tidak tertutup bulu lebat, bersih dan bercahaya. Kecuali bulu halus yang tumbuh dari dada hingga pusar.
Lengan dan dada bagian atas berbulu. Pergelangan tangannya cukup panjang, telapak tangannya agak lebar serta tangan dan kakinya berisi, jari-jari tangan dan kaki cukup langsing. Jika berjalan agak condong kedepan melangkah dengan anggun serta berjalan dengan cepat dan sering melihat kebawah dari pada keatas. Jika berhadapan dengan orang maka ia memandang orang itu dengan penuh perhatian dan tidak pernah melototi seseorang dan pandangannya menyejukkan. Selalu berjalan agak dibelakang, terutama jika saat melakukan perjalanan jarak jauh dan ia selalu menyapa orang lain terlebih dahulu.
Dari kisah Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwa Muhammad memiliki mulut yang agak lebar, di matanya terlihat juga garis-garis merahnya, serta tumitnya langsing. Jabir (ra) juga meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat Muhammad di bawah sinar rembulan, ia juga memperhatikan pula rembulan tersebut, baginya Muhammad lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah berkata, bahwa rona Muhammad lebih mirip purnama yang cerah. Abu Hurairah mengatakan bahwa Muhammad sangatlah rupawan, seperti dibentuk dari perak. Rambutnya cenderung berombak dan Abu Hurairah belum pernah melihat orang yang lebih baik dari dan lebih tampan dari Muhammad, rona mukanya secemerlang matahari dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya. Seolah-olah tanah digulung oleh langkah-langkah Muhammad jika sedang berjalan. Dikatakan jika Abu Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya Muhammad dan nampak ia seperti berjalan santai saja.
C.    Bertemu dan menikah dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Kemudian perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah,  Umar  bin  Asad,  sebab  Khuwailid  ayahnya   sudah meninggal  sebelum  Perang  Fijar.  Hal  ini dengan sendirinya telah membantah apa yang biasa dikatakan,  bahwa  ayahnya  ada tapi  tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan  dengan  begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.
Di  sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad. Dimulainya kehidupan itu sebagai  suami-isteri  dan  ibu-bapa, suami-isten  yang  harmonis  dan sedap dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-bapa yang telah merasakan pedihnya  kehilangan anak sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah kehilangan ibu-bapa semasa ia masih kecil.

D.      Perbaikan Ka’bah
Pergaulan Muhammad dengan penduduk Mekah tidak terputus, juga partisipasinya  dalam  kehidupan  masyarakat  hari-hari.  Pada waktu itu masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir  besar yang   turun   dari  gunung,  pernah  menimpa  dan  meretakkan dinding-dinding Ka'bah yang memang sudah rapuk. Sebelum itupun pihak  Quraisy  memang  sudah memikirkannya. Tempat yang tidak beratap itu menjadi sasaran  pencuri  mengambil  barang-barang berharga  di  dalamnya. Hanya saja Quraisy merasa takut; kalau bangunannya  diperkuat,  pintunya   ditinggikan   dan   diberi beratap,  dewa  Ka'bah  yang  suci itu akan menurunkan bencana kepada  mereka.  Sepanjang  zaman  Jahiliah   keadaan   mereka diliputi   oleh   berbagai   macam   legenda   yang  mengancam barangsiapa yang berani mengadakan sesuatu  perubahan.
Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak umum. Tetapi  sesudah mengalami bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan, walaupun masih serba  takut-takut  dan ragu-ragu.  Suatu  peristiwa  kebetulan  telah  terjadi sebuah kapal milik seorang pedagang Rumawi bernama Baqum2 yang dating dari  Mesir  terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum ini seorang  ahli  bangunan   yang   mengetahui   juga   soal-soal perdagangan.   Sesudah   Quraisy   mengetahui  hal  ini,  maka berangkatlah al-Walid bin'al-Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy  ke  Jedah.  Kapal itu dibelinya dari pemiliknya, yang sekalian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke  Mekah guna   membantu   mereka   membangun   Ka'bah  kembali.
Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Mekah ada seorang Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahwa diapun akan  bekerja  dengan  mendapat  bantuan Baqum. Sudut-sudut  Ka'bah  itu oleh Quraisy dibagi empat bagian tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak  dan  dibangun kembali.  Sebelum  bertindak  melakukan  perombakan itu mereka masih  ragu-ragu,  kuatir  akan  mendapat  bencana.   Kemudian al-Walid   bin'l-Mughira   tampil   ke  depan  dengan  sedikit takut-takut. Setelah ia berdoa kepada  dewa-dewanya  mulai  ia merombak   bagian   sudut   selatan.3   Tinggal   lagi   orang menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan Tuhan  nanti  terhadap al-Walid.  Tetapi  setelah  ternyata  sampai  pagi tak terjadi apa-apa, merekapun  ramai-ramai  merombaknya  dan  memindahkan batu-batu yang ada. Dan Muhammad ikut pula membawa batu itu.
Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat disitu  dengan  pacul  tidak  berhasil,  dibiarkannya  batu  itu sebagai fondasi bangunan. Dan gunung-gunung sekitar tempat itu sekarang  orang-orang  Quraisy  mulai  mengangkuti   batu-batu granit  berwarna  biru,  dan  pembangunanpun  segera  dimulai. Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan  tiba  saatnya meletakkan  Hajar  Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur, maka timbullah perselisihan di kalangan  Quraisy, siapa  yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu itu di tempatnya. Demikian memuncaknya perselisihan  itu  sehingga hampir   saja   timbul   perang  saudara  karenanya.
Keluarga Abd'd-Dar  dan  keluarga  'Adi  bersepakat  takkan  membiarkan kabilah yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Untuk itu  mereka  mengangkat  sumpah  bersama.  Keluarga Abd'd-Dar  membawa  sebuah  baki  berisi  darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu guna  memperkuat  sumpah  mereka. Karena  itu  lalu  diberi  nama  La'aqat'd-Dam, yakni 'jilatan darah'.
Abu Umayya bin'l-Mughira dari Banu Makhzum, adalah orang  yang tertua  di  antara  mereka,  dihormati  dan  dipatuhi. Setelah melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka: "Serahkanlah putusan kamu ini di  tangan  orang  yang  pertama sekali memasuki pintu Shafa ini." Tatkala  mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru: "Ini al-Amin; kami dapat menerima keputusannya."
Lalu   mereka  menceritakan  peristiwa  itu  kepadanya.  Ia pun mendengarkan  dan  sudah  melihat  di   mata   mereka   betapa berkobarnya  api  permusuhan  itu.  Ia berpikir sebentar, lalu katanya:  "Kemarikan  sehelai  kain,"  katanya.  Setelah  kain dibawakan   dihamparkannya   dan   diambilnya  batu  itu  lalu diletakkannya  dengan  tangannya  sendiri,  kemudian  katanya; "Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini." Mereka  bersama-sama  membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu Muhammad mengeluarkan batu itu dari kain dan  meletakkannya  di tempatnya.
Dengan demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan. Quraisy  menyelesaikan   bangunan   Ka'bah   sampai   setinggi delapanbelas  hasta    11 meter), dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau  melarang orang  masuk.  Di  dalam  itu mereka membuat enam batang tiang dalam dua deretan dan di sudut barat  sebelah  dalam  dipasang sebuah  tangga  naik  sampai  ke teras di atas lalu meletakkan Hubal  di  dalam  Ka'bah.  Juga  di  tempat   itu   diletakkan barang-barang  berharga  lainnya,  yang  sebelum  dibangun dan diberi beratap menjadi sasaran pencurian.
Mengenai umur Muhammad waktu  membina  Ka'bah  dan  memberikan keputusannya   tentang  batu  itu,  masih  terdapat  perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan berumur duapuluh lima tahun. Ibn Ishaq berpendapat umurnya tigapuluh lima tahun. Kedua pendapat itu baik yang pertama atau yang kemudian, sama saja; tapi yang jelas  cepatnya  Quraisy menerima ketentuan orang yang pertama memasuki pintu Shafa,  disusul  dengan  tindakannya  mengambil batu  dan  diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di tempatnya dalam Ka'bah,  menunjukkan  betapa tingginya  kedudukannya dimata penduduk Mekah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang yang berjiwa besar.
E.     Muhammad di Gua Hira
            Kehidupan Muhammad ternyata  tenteram adanya.  Kalau tidak karena kehilangan kedua anaknya tentu hidup beliau terasa sungguh nikmat bersama  Khadijah, yang  setia  dan  penuh  kasih,  hidup sebagai ayah-bunda yang bahagia  dan  rela.  Oleh  karena  itu  wajar  sekali  apabila Muhammad  membiarkan dirinya berjalan sesuai dengan bawaannya, bawaan berpikir dan bermenung, dengan mendengarkan  percakapan masyarakatnya  tentang  berhala-berhala,  serta  apa pula yang dikatakan orang-orang Nasrani dan Yahudi tentang  diri  mereka itu.
Ia  berpikir  dan merenungkan. Di kalangan masyarakatnya dialah orang yang paling banyak berpikir  dan  merenung.  Jiwa yang   kuat  dan  berbakat  ini,  jiwa  yang  sudah  mempunyai persiapan kelak akan menyampaikan risalah  Tuhan  kepada  umat manusia,  serta  mengantarkannya  kepada kehidupan rohani yang hakiki, jiwa demikian tidak mungkin berdiam diri saja  melihat manusia  yang  sudah  hanyut  ke dalam lembah kesesatan. Sudah seharusnya  ia  mencari  petunjuk  dalam  alam  semesta   ini, sehingga  Tuhan  nanti  menentukannya  sebagai orang yang akan menerima risalahNya. Begitu besar  dan  kuatnya  kecenderungan rohani  yang  ada  padanya,  ia tidak ingin menjadikan dirinya sebangsa dukun atau ingin menempatkan diri sebagai ahli  piker seperti, dilakukan  oleh  Waraqa bin Naufal dan sebangsanya.
Yang dicarinya hanyalah  kebenaran  semata.  Pikirannya  penuh untuk  itu,  banyak  sekali ia bermenung. Pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam hatinya itu  sedikit  sekali  dinyatakan kepada orang lain. Sudah  menjadi  kebiasaan  orang-orang  Arab  masa  itu  bahwa golongan berpikir mereka  selama  beberapa  waktu  tiap  tahun menjauhkan   diri   dari   keramaian   orang,  berkhalwat  dan mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa  dan berdoa,    mengharapkan   diberi   rejeki   dan   pengetahuan. Pengasingan  untuk  beribadat  semacam  ini   mereka   namakan tahannuf.
Di  tempat  ini  rupanya  Muhammad mendapat tempat yang paling baik guna mendalami pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam dirinya.  Juga  di  tempat ini ia mendapatkan ketenangan dalam dinnya serta obat penawar hasrat hati yang  ingin  menyendiri, ingin  mencari  jalan  memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, ingin mencapai ma'rifat serta mengetahui  rahasia  alam semesta.
Di  puncak  Gunung  Hira, sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah, terletak  sebuah  gua  yang  baik  sekali  buat  tempat menyendiri  dan  tahannuth. Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun ia pergi ke sana dan berdiam di tempat itu, cukup hanya dengan bekal  sedikit  yang  dibawanya.  Ia  tekun dalam renungan dan ibadat,  jauh  dari  segala  kesibukan  hidup  dan   keributan manusia. Ia mencari Kebenaran, dan hanya kebenaran semata.
Demikian  kuatnya  ia  merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa makan,  lupa  segala  yang ada  dalam  hidup  ini.  Sebab,  segala  yang dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya,  bukanlah  suatu  kebenaran.  Disitu  ia  mengungkapkan  dalam  kesadaran batinnya segala yang disadarinya. Tambah tidak suka lagi ia akan  segala  prasangka yang pernah dikejar-kejar orang. Ia  tidak  berharap kebenaran yang dicarinya itu akan terdapat dalam  kisah-kisah  lama  atau  dalam   tulisan-tulisan   para pendeta,  melainkan dalam alam sekitarnya: dalam luasan langit dan bintang-bintang, dalam bulan dan  matahari,  dalam  padang pasir  di  kala  panas  membakar  di bawah sinar matahari yang berkilauan.  Atau  di  kala  langit  yang  jernih  dan  indah, bermandikan  cahaya  bulan  dan bintang yang sedap dan lembut, atau dalam laut dan deburan ombak, dan dalam segala  yang  ada di  balik  itu,  yang  ada hubungannya dengan wujud ini, serta diliputi seluruh kesatuan wujud. Dalam alam itulah ia  mencari Hakekat Tertinggi. Dalam usaha mencapai itu, pada saat-saat ia menyendiri demikian jiwanya  membubung  tinggi  akan  mencapai hubungan   dengan  alam  semesta  ini,  menembusi  tabir  yang menyimpan semua rahasia. Ia tidak memerlukan permenungan  yang panjang  guna  mengetahui  bahwa  apa  yang oleh masyarakatnya dipraktekkan dalam soal-soal  hidup  dan  apa  yang  disajikan sebagai  kurban-kurban  untuk  tuhan-tuhan  mereka  itu, tidak membawa  kebenaran  samasekali. 
Berhala-berhala  yang   tidak berguna, tidak menciptakan dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak dapat memberi perlindungan kepada  siapapun  yang  ditimpa bahaya.  Hubal,  Lat  dan  'Uzza,  dan semua patung-patung dan berhala-berhala  yang  terpancang  di  dalam  dan  di  sekitar Ka'bah,  tak  pernah menciptakan, sekalipun seekor lalat, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi Mekah.
Dalam  melakukan  ibadat  selama  dalam  tahannuth  itu adakah Muhammad menganut sesuatu  syariat  tertentu?  Dalam  hal  ini ulama-ulama  berlainan  pendapat.  Dalam Tarikh-nya Ibn Kathir menceritakan sedikit tentang pendapat-pendapat mereka mengenai syariat  yang  digunakannya  melakukan  ibadat  itu:  Ada yang mengatakan menurut syariat Nuh, ada  yang  mengatakan  menurut Ibrahim,  yang  lain  berkata  menurut  syariat Musa, ada yang mengatakan menurut Isa dan  ada  pula  yang  mengatakan,  yang lebih  dapat dipastikan, bahwa ia menganut sesuatu syariat dan diamalkannya. Barangkali  pendapat  yang  terakhir  ini  lebih tepat daripada yang sebelumnya. Ini adalah sesuai dengan dasar renungan dan pemikiran yang menjadi kedambaan Muhammad.
Muhammad sudah menjelang usia empatpuluh tahun.  Pergi  ia  ke Hira'  melakukan  tahannuth.  Jiwanya  sudah  penuh  iman atas segala apa yang telah dilihatnya dalam mimpi  hakiki  itu Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur dalam  gua  itu,  ketika itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya: "Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad menjawab: "Saya tak   dapat   membaca".   Ia   merasa   seolah  malaikat  itu mencekiknya, kemudian dilepaskan  lagi  seraya  katanya  lagi: "Bacalah!"  Masih  dalam  ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab: "Apa yang akan saya baca." Seterusnya  malaikat  itu berkata:  "Bacalah!  Dengan  nama  Tuhanmu  Yang  menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan  Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepadamanusia apa yang belum diketahuinya ..." disinilah pertama turunnya wahyu yang dibawa oleh malaikat jibril untuk disampaikan kepada nabi Muhammad, untuk mengajarkan tauhid dan agama yang benar menepiskan anggapan-anggapan kaum quraish yang menyembah berhala.
















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
  Adapun Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa nabi Muhammad saw merupakan nabi dan rasul yang diutus kepada manusia untuk memberikan bimbingan kepada jalan yang lurus dengan perjuangan yang gigih. Beliau berhasil merubah kebiasaan umat manusia dari keburukan kepada jalan kebenaran untuk menyembah allah swt. Dari sejarah kehidupan beliau kita sebagai umat islam untuk menjadikan beliau sebagai contoh dan suri tauladan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, agama, masyarakat, dan bernegara.
B.     Saran
Dari keterangan-keterangan di atas mudah-mudahan dapat bermanfaat tuk kita semua, dan tidak juga lupa dari keterangan keterangan di atas mungkin terdapat kesalahan, oleh sebab itu kami harafkan kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Atas partisipasinya pemakalah ucapkan terima kasih.










DAFTAR PUSTAKA
1.        Hart, Michael. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam : Karisma Publising Group, 2007.
2.        Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1997.
3.        Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta : Penerbit Serambi, 2002.
4.        Subhani, Ja'far. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: Penerbit Lentera, 2002.




[1] Hart, Michael. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam : Karisma Publising Group, 2007.
[2] Surah As-Saff (QS 61 : 6)
[3] Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta : Penerbit Serambi, 2002. Hal 32
[4] Subhani, Ja'far. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: Penerbit Lentera, 2002. Hal 21
[5] Riwayat Bukhari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar